RSS

Harta Atau Nyawa?

Kalimat yang sangat familiar di telinga kita kan? Tetapi disini saya akan membahas / menceritakan sesuatu yang berbeda dari kalimat “Harta atau nyawa?” Seseorang Ibu yang sudah mendapat discount kehidupan sekitar 10-20 tahunan hidup dengan penuh kebahagiaan. Meskipun 48 tahunnya di lalui sebagai pembantu, tetapi kata pembantu disini berbeda sekali dengan kenyataannya. Seorang pria kaya yang beragama non muslim adalah majikannya. Karena Ia sudah bekerja disana hampir 50 tahun, Pak Tores menganngapnya seperti Ibunya sendiri, juga nenek bagi putra-putrinya. Ibu tua ini menjadi baby siter ketika anak-anak Pak Tores ini masih kecil. Tentunya sedikit/banyak pengaruh baby siter juga berpengaruh terhadap kepribadian bayi tersebut –anak-anak Pak Tores. Pada suatu hari Ibu tua ini jatuh, karena kondisinya yang sudah tua dan berbagai penyakit yang sudah beredar dalam tubuhnya, Ia terkena struk. Tentunya Pak Tores tidak mungkin merawatnya, sekaya apapun dia. Jelas-jelas Ibu tua ini masih mempunyai keluarga. Jadi, dengan hartanya yang banyak Pak Tores membantu pembiayaan pengobatan ibu tua ini sekitar dua juta per bulan. Dua juta per bulan adalah gaji yang biasanya diterima ibu tua ini. Namun dengan niat membantu, meskipun ibu tua ini sebagian tubuhnya telah mati dan tidak dapat bekerja Pak Tores masih menggajinya. Bukan hanya Pak Tores sendiri yang melakukan kebaikan ini, anaknya yang sudah sukses di Australia juga sering mengirim uang dua sampai empat juta. Sungguh, betapa mulianya orang-orang kaya ini. Ibu tua ini hanya mempunyai satu anak, satu anak yang berpendidikan cukup tinggi namun bermoral cukup rendah. Bahkan sepanjang hidup Ibu tua ini, dia tidak pernah sedikitpun membahagiakan Ibunya. Contohnya saja, Ia bekerja di salah satu bank ternama di Indoneesia, tetapi Ia dengan tidak bermoralnya mengkorupsi uang dari bank tersebut. Bukan hanya di pecat, Ia pun beberapa kali mampir di Koran daerah, bahkan pernah di Koran provinsi. Betapa hancur hati ibu tua ini! Bahkan untuk mendidik anaknya sendiri Ia gagal! Setelah Ia harus lumpuh, anaknya memang benar-benar “baik” kepadanya. Memang anaknya merawat Ibu tua ini saat di RS, saat malam hari karena saudara ibu tua ini sudah tua dan tidak mungkin menjaga kakaknya 24 jam penuh. Selain itu, tentunya ini kewajiban seorang anak bukan? Seminggu berlalu, akhirnya ibu tua ini diizinkan pulang karena kondisinya membaik. Karena keluarga sudah mengerti kepribadian anaknya, pihak keluarga tidak tega jika ibu tua ini harus dirawat anaknya. Namun karena tiap bulannya Ibu tua ini masih memiliki beberapa receh uang dari keluarga Pak Tores, anaknya dengan “sopan” pun meminta untuk merawat Ibunya di rumahnya. Perdebatan yang sengit terjadi pagi itu, saya masih ingat betul bagaimana suara nenek saya –adik dari ibu tua itu berteriak begitu melengking. Mengusir anak tak bermoral itu, tentunya ini wajar, ini rumah nenekku dan siapapun tamu yang menginjakkan kakinya di rumah ini dengan “sopan” boleh-boleh saja Ia keluarkan seenaknya. Toh, kesopanannya menggangu banyak orang disini, bahkan Ia membangunkan saya dengan tidak pantas karena celaannya terhadap nenek dan keluarga ini. Singkat cerita Ibu tua itu benar-benar dibawa secara paksa oleh anaknya. Namun beberapa bulan berselang, Ibu ini meminta untuk kembali dalam dekapan Nenek. Akhirnya keluarga kami menyusul Ibu tua itu di rumah anaknya. Tubuhnya yang awalnya besar, kini bahkan tinggal tulang dan kulit yang membungkusnya. Masya allah, aku bahkan hampir tidak mengenali ibu tua ini. Benar-benar mengenaskan! Hanya dua bulan Ia diasuh anaknya, dan … Tiap harinya Ibu tua ini muntah-muntah, lambungnya terluka karena tidak makan secara teratur. Tuhan, anak mana yang tega melihat Ibunya seperti ini?

0 komentar:

Posting Komentar