RSS

Ibu

Seorang bayi menangis, meraung-raung mencari Ibunya. Ibu yang disayanginya. Satu-satunya keluarga yang Ia punya. Ia terus menangis sampai sorot matanya menangkap sebuah titik yang mendung. Ya, itu Ibunya. Ia mendatangi Ibunya, mencoba mengamati Ibunya. Akhirnya Ia memutuskan untuk menunggu Ibunya tepat di sebelahnya, di atas kepalanya. Entah darimana Ia mengusir kepanikannya. Ia bak disihir menjadi seorang yang bisu, Ia pun menghentikan tangisnya. Yang ada dipikirannya hanya satu, tak perduli lelahnya dia, sakitnya dia, berapapun lamanya Ia menunggu, Ia akan tetap menunggu di samping Ibu. Ibu yang telah melahirkannya ke dunia ini. Dunia yang indah untuk kita namun terlalu pelik untuknya. Terlalu hedonism untuk kita, namun terlalu asing untuknya. Ia baru berumur tiga tahunan. Wajah lucunya masih tergambar dengan jelas, wajah tanpa dosanya, wajah kepolosan yang menggambarkan betapa tulus Ia menunggu Ibunya bangun. Merah darah di wajahnya masih tergambar jelas dan begitu segar. Sungguh, itu adalah luka yang menyakitkan, sangat perih bagi batita seusianya. Namun Ia menegarkan dirinya demi Ibu. Dialah anak laki-laki yang terlahir sebagai pemberani. Ialah pelindung Ibunya di masa depan.
Belum sempat melaksanakan tugasnya sebagai pelindung Ibunya, Ibunya telah pergi. Ibunya telah berpulang, telah melayang bersama roh-roh lain yang bersiap ditanyai empat pertanyaan dasar setelah meninggal. Bayi ini bahkan tidak tahu apa itu kematian, Ia hanya tahu Ia punya Ibu, satu-satunya orang yang bisa Ia mintai gendong ketika Ia lelah berlari menghindari banyak serangan udara yang terlalu picik. Ibu yang selalu menemaninya selama tiga tahun hidupnya. Masyaallah, betapa setia Ibu. Ibu, kenapa kesetiaanmu harus Kau gadai sekarang? Aku masih sangat membutuhkanmu Ibu! Aku masih ingin Kau peluk dan berbaring dalam dekapanmu. Aku ingin tertidur lelap dalam setiap sejarah para nabi yang setiap malamnya selalu Kau putar. Rasulullah Muhammad SAW yang selalu Kau ceritakan penuh kharisma, membuatku mencintainya dengan penuh selama tiga tahun ini. Lantas siapa yang akan memberiku pengetahuan lebih dalam tentang rosulku? SIAPA IBU? SIAPA! Aku tidak pernah tahu kapan nyawaku diambil. Kuharap kita akan bertemu di kekekalan dunia hakiki itu Ibu. Aku akan tetap menunggu di sampingmu, sampai lelah membebani punggungku, Kan kutahan air mataku demi Ibu, agar Ibu kembali untuk menghentikan tangisan batinku. Ibu, kembalilah! Ibu, aku menyayangimu, mengapa tak Kau tunggu aku? Aku akan membuatkanmu puisi setiap harinya Ibu. Aku akan merawatmu ketika Kau tak mampu Ibu. Ibu … Kembalilah!

0 komentar:

Posting Komentar